Produsen Panel Surya Ternama di Cina Pemangkasan 87.000 Pekerja

Produsen Panel Surya Ternama di Cina Pemangkasan 87.000 Pekerja

Produsen Panel Surya Ternama di Cina Pemangkasan 87.000 Pekerja

Perusahaan Panel Surya Raksasa di Tiongkok Mengurangi Karyawan

Lima perusahaan panel surya besar di Tiongkok telah mengurangi sebanyak 87.000 karyawan, atau hampir sepertiga dari jumlah tenaga kerja mereka pada tahun 2024. Pengurangan ini dilakukan sebagai upaya untuk menghadapi penurunan harga panel surya dan kerugian yang semakin dalam. Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini menunjukkan dampak dari persaingan harga yang sangat ketat di berbagai industri Tiongkok, termasuk energi surya dan kendaraan listrik.

Perusahaan-perusahaan tersebut adalah Longi Green Energy, Trina Solar, Jinko Solar, JA Solar, dan Tongwei. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keterbukaan informasi, kelima perusahaan ini secara bersama-sama mengurangi sekitar 87.000 staf, dengan rata-rata pengurangan sebesar 31% dari jumlah karyawan mereka. Analis menyebutkan bahwa pengurangan ini kemungkinan merupakan kombinasi antara PHK langsung dan pengurangan alami akibat pemotongan gaji serta jam kerja.

Dampak Ekonomi dan Politik

Pemutusan hubungan kerja menjadi masalah yang sensitif di Tiongkok karena pemerintah melihat pekerjaan sebagai kunci stabilitas sosial. Selain itu, sejumlah perusahaan seperti Longi juga mengumumkan pemotongan 5% karyawan tahun lalu. Namun, tidak ada perusahaan lain yang memberikan pernyataan resmi tentang PHK yang terjadi.

Cheng Wang, analis dari Morningstar, mengatakan bahwa industri panel surya Tiongkok mengalami penurunan sejak akhir 2023. Ia memperkirakan kondisi akan semakin memburuk pada tahun 2025. Menurut laporan asosiasi industri fotovoltaik, lebih dari 40 perusahaan tenaga surya telah dihapus dari bursa, bangkrut, atau diakuisisi pada tahun 2024.

Pertumbuhan Industri yang Cepat

Dari tahun 2020 hingga 2023, produsen panel surya Tiongkok membangun pabrik-pabrik baru secara cepat. Pemerintah Tiongkok mengalihkan sumber daya dari sektor properti yang sedang lesu ke tiga pilar pertumbuhan baru: panel surya, mobil listrik, dan baterai. Pembangunan besar-besaran ini menyebabkan penurunan harga dan perang harga yang brutal.

Kondisi ini diperparah oleh tarif AS yang diberlakukan terhadap ekspor dari banyak pabrik Tiongkok di Asia Tenggara. Akibatnya, industri ini mengalami kerugian sebesar US$ 60 miliar atau setara Rp 983,4 triliun pada tahun lalu.

Upaya Pemerintah Tiongkok

Beijing mulai mengisyaratkan niatnya untuk melakukan intervensi guna memangkas kapasitas produksi. Rencana ini membuat harga polisilikon melonjak hampir 70% pada Juli 2025. Produsen polisilikon utama, GCL, mengatakan kepada Reuters bahwa para produsen top berencana membentuk entitas seperti OPEC untuk mengendalikan harga dan pasokan. Mereka juga menyiapkan dana senilai 50 miliar yuan untuk membeli dan menutup sekitar sepertiga dari kapasitas produksi yang berkualitas rendah.

Presiden Xi Jinping menyerukan diakhiri persaingan harga yang tidak teratur. Tiga hari kemudian, Kementerian Perindustrian berjanji untuk menenangkan perang harga dan memensiunkan kapasitas produksi yang ketinggalan zaman selama pertemuan dengan para eksekutif industri tenaga surya.

Tantangan dan Kebijakan Daerah

Meski Beijing belum menjelaskan bagaimana dan kapan akan bertindak, sumber terpercaya mengatakan pemerintah akan fokus pada masalah ini sebelum akhir rencana lima tahun saat ini. Di Provinsi Anhui, pusat manufaktur Tiongkok, para eksekutif perusahaan panel surya diperintahkan untuk menghentikan penambahan pabrik baru dan menutup lini produksi dengan kapasitas di bawah 30%.

Seorang anggota dewan di sebuah perusahaan surya mengatakan bahwa pembangunan pabrik baru membutuhkan persetujuan lisan dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC). Nama perusahaan tidak disebutkan karena diskusi tersebut bersifat tertutup.

Tidak Ada Solusi Mudah

Para analis menyebutkan bahwa banyak pemerintah provinsi enggan menindak tegas kelebihan kapasitas karena mereka dinilai berdasarkan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Seorang komisaris Trina Solar mengatakan proyek-proyek baru tetap berjalan meskipun NDRC telah menyerukan penghentian pada bulan Februari.

Alan Lau, analis Jefferies, memperkirakan setidaknya 20-30% kapasitas manufaktur harus dihilangkan agar perusahaan dapat kembali menguntungkan. “Ada banyak kelebihan kapasitas di Tiongkok, seperti baja dan semen, tetapi Anda tidak melihat industri mana pun di masa lalu mengalami kerugian kas di seluruh industri selama satu setengah tahun,” kata Lau.

Kerugian di tingkat perusahaan berada pada skala yang sama seperti di sektor real estat, meskipun sektor surya hanya sekitar sepersepuluh dari ukurannya. “Ini sangat tidak biasa dan sangat abnormal,” tutur Alan Lau.